get app
inews
Aa Text
Read Next : 3 Jalur Alternatif Cilacap Jogja, Rahasia Perjalanan Cepat Tanpa Macet!

Lagu Daerah Jogja, Singkat tapi Penuh Makna

Senin, 25 Oktober 2021 - 16:17:00 WIB
Lagu Daerah Jogja, Singkat tapi Penuh Makna
Jogja adalah Kota Budaya. Banyak ragam budaya yang masih lestari hingga sekarang termasuk lagu daerah. (Foto Ilustrasi : srigading.bantulkab.go.id)

YOGYAKARTA, iNews.id- Lagu daerah Jogja rata-rata menggunakan bahasa Jawa di setiap bait liriknya. Meskipun demikian, lirik nya mudah dihafal karena cukup singkat. Ternyata di balik singkatnya lagu-lagu daerah Yogyakarta, setiap lagu daerah menyimpan makna tersendiri menurut penggubahnya.

Dikenal sebagai Kota Budaya, peninggalan sejarah budaya-nya pun selalu dijaga dan dilestarikan. Terkadang telinga kita tak asing mendengar dendangan lagu berbahasa Jawa seperti lagu daerah kerap dinyanyikan oleh masyarakat ketika memiliki hajat tertentu. Hal ini sebagai salah satu upaya pelestarian budaya di bidang seni suara oleh masyarakat Yogyakarta sendiri.

Berikut adalah ulasan mengenai lagu daerah Jogja yang masih terjaga hingga saat ini:

Suwe Ora Jamu
“suwe ora jamu, jamu godhong telo, suwe ora ketemu, ketemu pisan gawe gelo…”
Ya begitu kurang lebih lirik lagu daerah Yogyakarta yang tentunya tidak asing lagi di telinga masyarakat. 

Bahkan, lagu yang diciptakan oleh RC Hardjosubroto ini ternyata memiliki dua makna yang bertolak belakang, yakni kekecewaan dan kebahagiaan. Makna kekecewaan di sini dapat dilihat pada lirik di bait pertama, di mana ketika sahabat lama bertemu kembali terkadang satu diantara mereka sudah berubah sifat dan sikapnya menjadi sombong karena menganggap dirinya lebih sukses dari yang lain. 

Sedangkan makna kebahagiaan, terukir dalam lirik bait kedua, yang digambarkan oleh perjumpaan dengan sahabat lama yang tidak pernah bertemu, tentu kebahagiaan menyelimuti diri mereka. 

Sinom
Selanjutnya, lagu daerah berjudul ‘Sinom’ ini sangat ralate dengan kehidupan anak remaja yang sedang gencar-gencarnya mencari jati dirinya. Melalui lagu ini, penulis menyampaikan pesan nasihat kepada kawula muda untuk dapat menjaga diri serta bijaksana dalam menentukan tujuan hidup. Hal ini tergores dalam penggalan liriknya yang berbunyi:

“…Boya kaduman melik keleri, wekasipun dilalah kersa Allah, begjane kang lali, luwih begja kang eling lan waspada…”

Caping Gunung
Jika lagu ‘Sinom’ menggambarkan kehidupan remaja, lagu ‘Caping Gunung’ justru mengandung arti kerinduan. Makna kerinduan dalam lagu ciptaan Gesang ini bukan berarti kerinduan akan kekasihnya, melainkan kisah kerinduan sang orang tua terutama ibu kepada anak-nya yang tinggal di kota perantauan. 

Ya, anak-anak mereka dibiarkan menjelajah kota lain dengan harapan kelak akan kembali ke kampung halamannya. Namun nyatanya tidak. Justru tidak sedikit dari para orang tua yang kehilangan kabar dengan anak-nya.  

Hal ini yang membuat hati seorang ibu teriris merindukan dekapan hangat sang anak. Kerinduan itu terlukis dalam kutipan lirik: “Dhek jaman berjuang, njur kelingan anak lanang, mbiyen tak openi, sak iki ono ngendi…”

Singkat namun mendalam. Padahal keluarga adalah tempat ternyaman untuk kembali, seperti kutipan “sejauh apapun kamu melangkah, keluarga adalah rumah untuk kembali”.

Pitik Tukung
Aku duwe pitik pitik tukung, saben dino tak pangani jagung, petok go petok petok ngendok pitu…”

Berbeda dengan lagu sebelumnya, lagu ‘Pitik Tukung’ merupakan lagu dolanan yang hingga kini masih kerap dinyanyikan oleh anak-anak terutama yang tinggal di daerah pedesaan. 

Lirik lagu ini memang menceritakan mengenai keasrian pedesaan. Disamping itu, ternyata lagu ‘Pitik Tukung’ memiliki makna sebuah nasihat untuk bertindak dan bersikap dengan bijak serta mengajarkan kepada kita untuk terus berperilaku jujur.

Editor: Ainun Najib

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut