Sosok Adi Utarini, Guru Besar UGM yang Masuk 100 Orang Paling Berpengaruh Dunia 2021 Versi Time

NEW YORK, iNews.id – Adi Utarini atau akrab disapa Prof Uut masuk dala daftar 100 Orang Paling Berpengaruh Dunia 2021 Versi Time. Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) ini membuat bangga Indonesia.
Tidak mudah masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh dunia versi majalah dwimingguan AS yang masyhur itu. Namun, sosok Adi Utarini yang saat ini menjabat guru besar kesehatan masyarakat di Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan UGM Yogyakarta ini berhasil masuk dalam daftar tersebut.
Prof Uut berprofesi sebagai peneliti kesehatan masyarakat yang bekerja di bidang pengendalian penyakit demam berdarah. Pada 2020, Prof Uut juga masuk dalam daftar “10 Orang Penting di Dunia Sains” yang dirilis jurnal ilmiah Nature. Dia mempelopori uji coba terkontrol pelepasan nyamuk-nyamuk ber-wolbachia. Wolbachia adalah bakteri yang terdapat dalam tubuh serangga.
Melinda French Gates di laman Time menyampaikan testimoni secara khusus tentang Adi Utarini. Menurut pendiri Bill and Melinda Gates Foundation itu, perkenalannya dengan Uut berlangsung beberapa tahun lalu.
Dalam kunjungannya ke Indonesia kala itu, Melinda mendatangi sebuah keluarga yang tinggal di dekat laboratorium Prof Uut di Yogyakarta. “Saya ingin mendengar bagaimana dia (Uut) berhasil meyakinkan orang-orang untuk membiarkan dia melepaskan sekawanan nyamuk di sekitar lingkungan mereka,” ungkap Melinda.
Di daerah itu, Uut memimpin pelepasan nyamuk-nyamuk aedes aegypti ke lingkungan permukiman penduduk sebagai cara untuk memberantas wabah demam berdarah dengue (DBD). Caranya itu tentu saja terbilang kontroversial.
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, “mau membasmi penyakit, tapi kok malah menyebarkan hewan pembawa penyakit itu?” Tenang dulu. Nyamuk-nyamuk yang dilepaskan Uut dan timnya adalah nyamuk yang sudah mengandung bakteri wolbachia.
Keberadaan bakteri alami tersebut membuat virus dengue jadi tidak bisa bereplikasi di dalam nyamuk Aedes aegypti. Dengan begitu, nyamuk itu pun menjadi tidak berbahaya lagi.
Editor: Maria Christina