Warga Gunungkidul Gelar Jamasan Pusaka di Bekas Wilayah Kadipaten Mangkunegaran Solo
GUNUNGKIDUL, iNews.id - Warga Padukuhan Ngawen, Kalurahan/Kapanewon Ngawen Gunungkidul menggelar tradisi jamasan pusaka peninggalan nenek moyang. Pusaka ini dicuci setahun sekali pada Jumat Legi pada bulan Muharram atau Suro dalam penanggalan Jawa.
Pusaka yang dijamas ini di antaranya Kyai Totog yang berujud tombak. Pusaka ini sudah berusia ratusan tahun yang dipercaya menjadi cikal bakal berdirinya Kapanewon Ngawen. Selain itu juga ada ratusan pusaka milik warga lainnya yang dibersihkan.
Prosesi jamasan diawali dengan ritual pengambilan air di Sendang Ngawen yang dikenal dengan Sendang Panguripan. Upacara pengambilan air suci itu juga diiringi arak-arakan kecil. Sampai di sendang, tokoh adat mengambil air dengan siwur (gayung) dari tempurung kelapa.
Mereka kemudian bersama-sama mengarak air-air tersebut ke sebuah rumah tempat Pusaka Kyai Totog. Setelah itu, mereka mulai melakukan ritual untuk jamasan (membersihkan) pusaka.
Sebelum ritual jamasan dimulai, ada upacara penghunusan pusaka Kyai Totog dengan cara membuka kain penutup pusaka milik Kapanewon Ngawen tersebut. Pusaka tersebut kemudian dibawa keluar dari tempat persemayaman selama ini. Selanjutnya dilakukan pembersihan menggunakan irisan jeruk nipis dan diolesi dengan minyak khusus.
"Jamasan di sini setiap Jumat Legi pada bulan Suro,” kata Ketua paguyuban Taman Kautaman, Sumanto.
Jamasan pusaka tersebut menjadi sebuah keharusan bagi masyarakat Ngawen untuk melaksanakannya. Karena jamasan mengandung makna membersihkan hal-hal negatif yang ada di sekitar mereka. Jika tidak melaksanakan maka akan ada bencana lebih besar.
Mbah Yatmo, Sang Juru Jamas mengatakan, jamasan pusaka tidak dilaksanakan secara serampangan. Untuk melaksanakan jamasan pusaka harus didahului dengan perilaku prihatin dengan sesuatu ritual tertentu.
Untuk cairan yang digunakan sebagai cairan jamasan, sebenarnya adalah cairan arsenik yang mengandung racun. Sehingga jamasan pusaka harus dilaksanakan di bawah sinar terik matahari. Tujuannya untuk mengusir racun yang ada.
"Tentu kalau jaman dahulu ada makna tertentu," katanya.
Kapanewon Ngawen dulunya berada di bawah Kadipaten Mangkunegaran Solo. Namun setelah Indonesia merdeka masuk wilayah DIY.
Editor: Kuntadi Kuntadi