Warga membubuhkan tanda tangan pada kain saat pernyataan sikap Aksi Warga Jogja Lawan Klitih di kawasan Titik Nol KM, Yogyakarta, Senin (3/1/2022). (Foto : Antara)

Melalui teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa remaja pelaku klitih gagal dalam mencapai identitas positif, sehingga mengalami kebingungan atas identitas mereka sendiri.

Selain itu, tindak klitih juga berkaitan dengan perkembangan karakter dan tingkah laku individu yang dipengaruhi oleh konteks lingkungan, seperti yang dijelaskan pada teori Bronfrenbenner mengenai hukum timbal balik yang dibahas dalam tiga sistem yaitu mikrosistem, ekosistem dan makrosistem. 

Fenomena klitih memang sedikit berbeda dengan aksi begal. Jika pelaku begal bertujuan untuk menguasai harta benda korban, pelaku klitih hanya ingin menunjukkan bahwa dia bisa melukai orang dan hal tersebut diibaratkan sebagai sebuah pencapaian bagi para pelaku. Kenapa bisa demikian? Karena pelaku klitih didominasi remaja yang sedang mencari jati diri. 

Klitih juga sangat erat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal yang terdiri dari faktor sosial dan budaya. Lingkungan pergaulan bisa mempengaruhi perkembangan identitas remaja. 

Bisa disimpulkan bahwa fenomena klitih sebagai sebuah istilah yang sudah mengalami pergeseran makna seolah akan terus mengalami pergeseran makna negatif apabila klitih masih terus terjadi. Segala bentuk aktivitas yang mereka lakukan akan sangat berpengaruh terhadap identitas diri. Oleh karena itu, penting sekali adanya wadah yang bisa mengakomodasi kegiatan mereka secara positif, sehingga mereka dapat membentuk identitas yang positif pula.


Editor : Ainun Najib

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network