Anggota DPRD DIY Bersama Budayawan Ingatkan Kembali Filosofi Ngajeni
"Bahkan sekarang ada pemuda yang justru menyuruh ibunya menjadi 'pengemis online' dengan mandi lumpur melalui tiktok. Ini menyedihkan," kata dia.
Selain itu teknologi yang semakin pesat ini tak pelak mengakibatkan hilangnya ruang privasi remaja dan kesadaran interaksi secara langsung dengan orang lain. Mereka senang mengekspos kepribadiannya di media sosial, mencoba untuk menunjukkan jati dirinya, dan mudah terbawa arus trend teknologi yang berkembang kian capat.
Budayawan asal Semanu Gunungkidul, Ki Wahyu Setiawan mengatakan Sing sapa ngajeni mring wong liya uripe bakal kajen artinya siapa yang menghormati orang lain maka bakal terhormat. Di era sekarang ini perlu menghidipkan kembali budaya ngajeni dengan saling sapa aruh atau tegur sapa saling hormat menghormati dalam kehidupan masyarakat. "Sikap ini akan berdampak kerukunan dan kedamaian dalam masyarakat,"ujarnya.
Gelar Budaya Sastra Ngajeni ini sendiri digagas oleh LSBO PDM Gunungkidul kerjasama dengan JSI Kamilasyada. Kegiatan selain diisi dengan ceramah dan puisi, juga dimeriahkan dengan lantunan musik dengan lirik lirik Islami membersamai para pungunjung dalam menikmati destinasi wisata keluarga yg baru viral yaitu Lembah Desa Pulutan.
Selain lantunan lagu lagu islami juga disuguhkan geguritan atau puisi jawa baru oleh seniman oleh Ki Wahyu Setiawandengan judul Pagebluk Tanda Tresna. Kegiatan ini juga diselingi dengan donasi dari pengunjung dan hasilnya diserahkan ke pihak pengelola Lembah Desa untuk membantu pembangunan mushola.
Editor: Ainun Najib