Kisah Pangeran Diponegoro Dikhianati Patih dan Rakyat hingga Terserang Malaria

Kebijakan para komandan benteng Belanda juga ikut berpengaruh karena berhasil merebut hati penduduk dengan menjanjikan pemberian bajak gratis, hewan penghela, dan benih gratis jika mau pindah ke wilayah Belanda.
Kebijakan Belanda dalam menurunkan pajak, mengurangi kewajiban kerja bakti, dan menaikan upah buruh harian di sekitar benteng, untuk mendorong para petani dan keluarga mereka tetap betah tinggal di dekat benteng itu.
Alhasil pada September 1820, di tahun keempat perang terorganisasi melawan Belanda di daerah-daerah subur pangan di Jawa tengah bagian selatan akhirnya berakhir.
Ikatan rasa saling percaya dan kerja sama antara pasukan Pangeran Diponegoro dan penduduk desa setempat sudah rusak. Tanpa dukungan rakyat, tidak mungkin lagi Pangeran melancarkan perang gerilya.
Di sisi lain, ini mempengaruhi nasib keselamatan Pangeran Diponegoro. Sang pangeran mulai berada di titik nadir. Pada 21 September 1829,
Pangeran Ngabehi, panglima paling senior yang tersisa, terbunuh bersama dua putranya dalam pertempuran sengit di Pegunungan Kelir, di perbatasan Bagelen - Mataram.
Editor: Reza Yunanto