get app
inews
Aa Text
Read Next : Tiba di Bitung, Begini Penampakan Kapal Perang Filipina

Kisah Tragis Ahli Perang Gerilya Pelatih Tentara Indonesia, Tewas Bunuh Diri dengan Pistol

Kamis, 24 Februari 2022 - 19:48:00 WIB
Kisah Tragis Ahli Perang Gerilya Pelatih Tentara Indonesia, Tewas Bunuh Diri dengan Pistol
Jenazah Igning diterbangkan dengan Pesawat RI-002 yang berangkat bulan November 1947. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Sejarah Kedirgantaraan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Igning. Igning adalah nama panggilan Kapten Ignacio Espina yang dikenal sebagai ahli perang gerilya dan ditugaskan melatih tentara Indonesia di zaman penjajahan Belanda.

Kisah hidup anggota G-2 (Intel) Philippine Army itu berakhir tragis di Indonesia. Dia tewas bunuh diri di sebuah rumah di Yogyakarta.

Igning datang ke Indonesia pada bulan Agustus 1947 dengan menumpang pesawat C-47. Dikutip iNews.id, Kamis (24/2/20222) dari buku "Awal Kedirgantaraan di Indonesia, Perjuangan AURI 1945-1950", pesawat yang dilarikan Bob Freeberg pada bulan Juni 1947 itu, diberi registrasi Indonesia dan dikenal sebagai Pesawat RI-002.

Dia melatih tentara Indonesia atas permintaan Opsir Muda Udara III Muharto. Saat datang ke Indonesia, Igning juga membawa sepucuk tommy-gun yang disepuh chrome nickel. Senapan mesin ringan itu hadiah dari bagian Intel Filipina untuk Presiden Soekarno. 

Muharto saat itu membawa radio transmitter untuk tetap mengadakan hubungan antara Yogya dan Manila. Tidak lama kemudian, Muharto dan Budiarjo berangkat bertugas ke Manila. Keduanya bersama antara lain enam orang kadet penerbang dan dua orang infiltran dari PHB AURI, yakni Sersan Udara Dhomber dan Sersan Udara Mulyono, untuk menyusup ke Kalimantan dari utara.

Sementara itu, Igning melatih anak-anak Tentara Pelajar (TP) dan Tentara Feni Pelajar (TGP). Dia didampingi Kapten PHB-ALRI, Deddy Muhardi Kartodirjo. 

Igning tinggal di sebuah rumah yang sepi berhalaman luas, di Jalan Jetis, Yogyakarta. Suatu saat, Igning tampak tidak sebagaimana biasa. Wajahnya sering murung. Beberapa ucapannya menunjukkan kecurigaan. Dia kerap bertanya, misalnya, mengapa Muharto tidak memberi kabar? 

Igning juga curiga, apa mungkin radionya sengaja dirusak sehingga tidak dapat berhubungan dengan Manila. Dugaan lain, kalau pesawat Muharto jatuh di Kalimantan, berarti dia tidak dapat pulang ke Manila. Igning mengira masuk perángkap komunis.

"Lebih baik saya bunuh diri", kata Igning saat itu.

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut