Joko Supriyanto mengatakan, saat ini, BPBD juga juga masih menangani pengungsi warga Turgo, Piurwobinangun, Pakem yang mengungsi di Barak Purwobinangun dan SD Sanjaya Tritis. Tercatat hingga Senin (1/2/2021), ada 128 orang yang mengungsi di Barak Purwobinangun dan 62 orang di SDN Sanjaya Tritis Purwobinangun. Mereka mengungsi setelah terjadi rentetan awan panas sebanyak 52 kali sejak 27 Januari 2021.
“Implikasi dengan penetapan status tersebut, masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) dapat mengajukan anggaran terkait penanganan erupsi,” kata Joko, Selasa (2/2/2021).
Joko menjelaskan dari evaluasi, untuk penanganan di barak pengungsian Purwobinangun, yang diperlukan di antaranya toilet portable, Wifi, serta tenda untuk anak dan perempuan. Untuk toilet portable ditangani Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP). Sementara Wifi untuk mendukung kegiatan belajar dan komunikasi menjadi kewenangan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo).
“Tenda pengaduan anak dan perempuan yang dibutuhkan ditangani Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Pendudukan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sleman untuk pendampingan anak dan perempuan,” kata mantan kepala Satpol PP Sleman itu.
Hal lain yang sekarang dipersiapkan, yakni perbaikan jalur evakuasi dan lampu penerangan jalan di sepanjang jalur evakuasi dan lokasi pengungsian. Sebab, untuk jalur evakuasi belum semua diperbaiki, yaitu di Tunggularum sejauh 1 km. Untuk perbaikan jalan ditangani oleh DPUPKP sedangkanlampu penerangan jalan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Sleman.
"Berbagai usulan itu direalisasikan menggunakan dana BTT (belanja tak terduga) yang berlaku selama masa tanggap darurat," katanya.
Menurut Joko, dari hasil evakluasi, untuk penanganan pengungsi warga Kalitengah Lor, Glagaharjo, Cangkringan di barak Glagaharjo sudah berjalan dengan baik dan lancar. Para pengungsi sudah pulang ke rumah.
Editor: Maria Christina













